Pedoman/Panduan Penyelenggaraan Pelaksanaan Peringatan Hari Ibu ke-92 Tahun 2020A. Latar BelakangPeringatan Hari Ibu (PHI) yang dilaksanakan setiap tanggal 22 Desember, merupakan upaya bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. PHI juga sebagai momentum kebangkitan bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan serta gerak perjuangan perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.Perjalanan sejarah yang melatarbelakangi Peringatan Hari Ibu dari awal ditetapkan hingga saat ini, memperlihatkan jejak perjuangan perempuan Indonesia yang telah menempuh jalan panjang untuk mewujudkan peranan dan kedudukan perempuan Indonesia dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Bibit kebangkitan perjuangan perempuan Indonesia telah dimulai sebelum masa kemerdekaan, yang ditandai perjuangan pendekar perempuan diberbagai tempat di Indonesia, seperti Tjuk Njak Dien di Aceh, Nji Ageng Serang di Jawa Barat, R.A Kartini di Jawa Tengah, serta masih banyak lagi yang lain.Dalam kurun waktu setelah kelahiran Budi Utomo pada tahun 1908, banyak lahir perkumpulan perempuan di berbagai tempat, seperti Aisiyah, Wanita Katolik, Putri Merdeka, dll. Kemudian pada Kongres Pemuda Indonesia pertama pada 30 April s.d 2 Mei 1928 menempatkan perempuan sebagai satu titik sentral pembahasan, mengenai kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia. Kongres Perempuan Indonesia pertama dilaksanakan tidak lama setelah Sumpah Pemuda, berlangsung pada 22 – 25 Desember 1928 dengan tujuan menyatukan perkumpulan perempuan-perempuan Indonesia dalam satu perhimpunan perempuan Indonesia.Kongres I telah melahirkan langkah besar bagi kehidupan perempuan Indonesia, yaitu: Pertama, tercapainya hasrat untuk membentuk sebuah organisasi perempuan solid, yang ditandai dengan kelahiran sebuah organisasi perempuan yang dinamakan Perikatan Perempuan Indonesia. Kedua, kongres tersebut telah melahirkan tiga mosi yang keseluruhannya berorientasi pada kemajuan perempuan, yaitu: tuntutan penambahan sekolah rendah untuk anak perempuan Indonesia, perbaikan aturan dalam hal taklek nikah, perbaikan aturan tentang sokongan untuk janda dan anak yatim pegawai negeri.Kongres Perempuan Indonesia pertama tersebut diakui sebagi tonggak sejarah kebangkitan pergerakan perempuan Indonesia, sehingga pada Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung tahun 1938, tanggal 22 Desember dinyatakan sebagai Hari Ibu melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional Yang Bukan Hari libur, Hari Ibu tanggal 22 Desember dijadikan hari nasional yang diperingati setiap tahun secara khidmat dan penuh makna oleh segenap bangsa Indonesia.Makna dari Kongres Perempuan Indonesia pertama layak menjadi inspirasi bagi perjuangan perempuan masa kini. Melalui PHI ke 92 kali ini, adalah sangat penting menelusuri inspirasi dari semangat perjuangan perempuan masa itu ke perjuangan perempuan Indonesia masa kini dimana masih terjadi pratik-praktik yang diskriminatif terhadap perempuan. Perjalanan perjuangan perempuan Indonesia di 12 area kritis, sebagai implementasi dari Konferensi Tingkat Dunia ke-IV tentang Perempuan bertema Persamaan, Pembangunan, dan Perdamaian yang diselenggarakan di Beijing (Cina) pada tanggal 4-15 September 1995, yang menghasikan Deklarasi Beijing dan Landasan Aksi (BPFA - Beijing Declaration and Platform for Action), dan turut ditandatangani oleh Indonesia, menjadi benang merah perjuangan perempuan Indonesia.Sementara itu pandemic covid-19 yang melanda Indonesia sejak bulan Maret 2020 hingga saat ini dan negara-negara lain di dunia, memperlihatkan sisi lain perjuangan perempuan di Indonesia dalam menyetop penyebaran covid-19. Mulai dari membimbing keluarga saat berada di rumah, menjadi tulang punggung bagi keluarga hingga menjadi garda terdepan penyembuhan Covid-19 sebagai dokter dan perawat. Tak jarang perempuan memiliki peran ganda sekaligus. Perempuan sebagai ibu harus memastikan anak-anak dan seluruh anggota keluarganya tetap berada di rumah dan membuat suasana nyaman. Perempuan yang bergerak dalam bidang UMKM juga berperan menyediakan kebutuhan selama pandemi. Perempuan juga berperan besar dalam penerapan protokol kesehatan keluarga pada masa pandemi covid 19.Sejatinya perjuangan perempuan Indonesia belum lah selesai, pencapaian IPG dan IDG masih dirasa masih berjalan lambat, kekerasan masih terus dialami, dan tingkat kesejahteraan lainnya juga masih rendah. Ketimpangan antara perempuan dan laki-laki sangat terlihat dalam hal ekonomi. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui tugas fungsinya, telah diamanatkan oleh Presiden Republik Indonesia melalui 5 (lima) agenda prioritas pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, yakni:1. Peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan2. Peningkatan peran Ibu/keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan anak3. Penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak4. Penurunan pekerja anak5. Pencegahan perkawinan anakMelalui momentum PHI ke 92 ini, diharapkan akan menjadi semakin nyata upaya dan hasil pencapaian ke 5 (lima) agenda prioritas tersebut.Selengkapnya, silakan Download Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Ibu ke-92 Tahun 2020 PDF. Semoga bermanfaat.
A. Latar Belakang
Peringatan Hari Ibu (PHI) yang dilaksanakan setiap tanggal 22 Desember, merupakan upaya bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. PHI juga sebagai momentum kebangkitan bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan serta gerak perjuangan perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Perjalanan sejarah yang melatarbelakangi Peringatan Hari Ibu dari awal ditetapkan hingga saat ini, memperlihatkan jejak perjuangan perempuan Indonesia yang telah menempuh jalan panjang untuk mewujudkan peranan dan kedudukan perempuan Indonesia dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Bibit kebangkitan perjuangan perempuan Indonesia telah dimulai sebelum masa kemerdekaan, yang ditandai perjuangan pendekar perempuan diberbagai tempat di Indonesia, seperti Tjuk Njak Dien di Aceh, Nji Ageng Serang di Jawa Barat, R.A Kartini di Jawa Tengah, serta masih banyak lagi yang lain.
Dalam kurun waktu setelah kelahiran Budi Utomo pada tahun 1908, banyak lahir perkumpulan perempuan di berbagai tempat, seperti Aisiyah, Wanita Katolik, Putri Merdeka, dll. Kemudian pada Kongres Pemuda Indonesia pertama pada 30 April s.d 2 Mei 1928 menempatkan perempuan sebagai satu titik sentral pembahasan, mengenai kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia. Kongres Perempuan Indonesia pertama dilaksanakan tidak lama setelah Sumpah Pemuda, berlangsung pada 22 – 25 Desember 1928 dengan tujuan menyatukan perkumpulan perempuan-perempuan Indonesia dalam satu perhimpunan perempuan Indonesia.
Kongres I telah melahirkan langkah besar bagi kehidupan perempuan Indonesia, yaitu: Pertama, tercapainya hasrat untuk membentuk sebuah organisasi perempuan solid, yang ditandai dengan kelahiran sebuah organisasi perempuan yang dinamakan “Perikatan Perempuan Indonesia”. Kedua, kongres tersebut telah melahirkan tiga mosi yang keseluruhannya berorientasi pada kemajuan perempuan, yaitu: tuntutan penambahan sekolah rendah untuk anak perempuan Indonesia, perbaikan aturan dalam hal taklek nikah, perbaikan aturan tentang sokongan untuk janda dan anak yatim pegawai negeri.
Kongres Perempuan Indonesia pertama tersebut diakui sebagi tonggak sejarah kebangkitan pergerakan perempuan Indonesia, sehingga pada Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung tahun 1938, tanggal 22 Desember dinyatakan sebagai Hari Ibu melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional Yang Bukan Hari libur, Hari Ibu tanggal 22 Desember dijadikan hari nasional yang diperingati setiap tahun secara khidmat dan penuh makna oleh segenap bangsa Indonesia.
Baca Juga
- Download Naskah Pidato/Sambutan Ketua Umum PGRI pada Upacara Peringatan Hari Guru Nasional 2015 atau HUT PGRI ke-70 dan Naskah Sejarah Singkat PGRI- Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Pada awal sambutan ini, marilah kita bersama-sama mengucapkan salam guru, salam PGRI, dan salam solidaritas. Yang saya hormati Bapak Gubernur…, Bapak Bupati…, Bapak Walikota…., Bapak/lbu para Pejabat Sipil, TNI, dan Polri, Segenap Pengurus PGRI, para undangan, serta anggota PGRI di seluruh tanah air yang berbahagia,Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan nikmat yang dilimpahkan kepada kita, sehingga pada hari ini kita bersama dapat melaksanakan upacara peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2015 dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 PGRI.Tanggal 25 November 2015, tujuh puluh tahun yang lalu, PGRI lahir pada saat Kongres Guru Indonesia di Surakarta yang juga disebut Kongres Guru I. PGRI lahir dari kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan para guru, dosen, tenaga kependidikan, para pensiunan guru, dan para pegawai Kementerian Pendidikan dan Pengajaran yang baru didirikan. Dengan semangat proklamasi 17 Agustus 1945 yang menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia, mereka bersatu untuk mengisi kemerdekaan. Selengkapnya, silakan klik Download Sejarah Singkat PGRI dan Naskah Sambutan Ketua Umum PGRI pada Upacara Peringatan Hari Guru Nasional 2015/HUT PGRI ke-70
- Download Naskah Pidato Sambutan Menkominfo pada Upacara Bendera Memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas 20 Mei 2016)_Banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dalam rangka memperingati Harkitnas ke-108 Tahun 2016, salah satunya adalah upacara bendera peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2016 di instansi-instansi dinas tertentu misalnya di sekolah-sekolah. Bagi Bapak/Ibu yang pada pelaksanaan upacara bendera Harkitnas 2016 mendapatkan tugas sebagai pembina upacara, Bapak/Ibu bisa membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika yang filenya juga bisa Anda unduh di link download pada halaman ini . Adapun teks pidato sambutan Menteri Kominfo pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2016 adalah seperti di bawah ini.Silakan Download Naskah Pidato Sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika RI pada Upacara Bendera Memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-108 Tahun 2016Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,Selamat pagi dan salam sejahtera,Om Swastiastu,Namo Budhaya,Saudari-saudara peserta upacara yang saya hormati,Saudari-saudara sebangsa dan se-Tanah Air di manapun berada,Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya, maka pada pagi hari ini, Jumat, 20 Mei 2016, kita dapat mengikuti upacara bendera memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-108, dalam keadaan sehat wal'afiat. Teriring doa kepada segenap warga bangsa di manapun berada, yang sedang mengikuti upacara ini, semoga senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.Salah satu inspirasi yang bisa kita serap dari berdirinya Boedi Oetomo sebagai sebuah organisasi modern pada tahun 1908 adalah munculnya sumber daya manusia Indonesia yang terdidik , memiliki jiwa nasionalisme kebangsaan, dan memiliki cita-cita mulia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Dengan tampilnya sumber daya manusia yang unggul inilah semangat kebangkitan nasional dimulai. Perjuangan Boedi Oetomo yang dipimpin oleh Dokter Wahidin Soedirohoesodo dan Dokter Soetomo tersebut kemudian dilanjutkan oleh kaum muda pada tahun 1928 yang kemudian melahirkan Soempah Pemoeda. Dan melalui perjuangan yang tak kenal lelah akhirnya kita dapat memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air,Sejak diproklamirkannya kemerdekaan, kita bangsa Indonesia telah berjanji dan berketetapan hati bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam kondisi dan keadaan apapun.NKRI adalah negara demokrasi berlandaskan ideologi Pancasila, yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat istiadat yang hidup di tengah masyarakat. Wilayah NKRI terbentang luas dari Sabang hingga Merauke, terdiri dari 17.508 pulau, dihuni oleh penduduk sebesar 254,9 juta jiwa dengan 1.331 suku bangsa, 746 bahasa daerah, dengan garis pantai sepanjang 99.093 kmpersegi. Menjadi kewajiban seluruh komponen bangsa Indonesia secara konsisten untuk menjaga, melindungi dan memelihara tegaknya NKRI dari gangguan apapun, baik dari dalam maupun dari luar dengan cara menerapkan prinsip dan nilai-nilai nasionalime dalam kehidupan sehari-hari.Komitmen terhadap NKRI ini penting saya tegaskan kembali pada upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-108 ini mengingat setelah sekian lama berdiri sebagai bangsa, ancaman dan tantangan akan keutuhan NKRI tidak selangkah pun surut. Bahkan melalui kemajuan teknologi digital, ancaman radikalisme dan terorisme, misalnya, mendapatkan medium baru untuk penyebaran paham dan praktiknya.Selain itu, kita juga menghadapi permasalahan ketahanan bangsa secara kultural. Munculnya kekerasan dan pornografi, misalnya, terutama yang terjadi pada generasi yang masih sangat belia, adalah satu dari beberapa permasalahan kultural utama bangsa ini yang akhir-akhir ini mengemuka dan memprihatinkan. Lagi-lagi, medium baru teknologi digital berperan penting dalam penyebaran informasi, baik posisif maupun negatif, secara cepat dan massif.Ketika berbicara tentang lanskap dunia dalam konteks teknologi digital tersebut, kita juga menghadapi problem kaburnya batas-batas fisik antara domestik dan internasional. Potensi pergaulan dan kerja sama saling menguntungkan akibat relasi dengan dunia internasional tumbuh makin intens, tetapi juga sekaligus makin rentan terhadap penyusupan ancaman terhadap keutuhan NKRI dari luar wilayah negeri ini.Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air, ‘Tantangan-tantangan baru yang muncul di depan kita tersebut memiliki dua dimensi terpenting, yaitu kecepatan dan cakupan. Tentu kita tidak ingin kedodoran dalam menjaga NKRI akibat terlambat mengantisipasi kecepatan dan meluasnya anasir-anasir ancaman karena tak tahu bagaimana mengambil bersikap dalam konteks dunia yang sedang berubah ini.Oleh sebab itu saya memandang penting tema Mengukir Makna Kebangkitan Nasional dengan Mewujudkan Indonesia yang Bekerja Nyata, Mandiri dan Berkarakter yang diangkat untuk peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2016 ini. Dengan tema ini kita ingin menunjukkan bahwa tantangan apapun yang kita hadapi saat ini harus kita jawab dengan memfokuskan diri pada kerja nyata secara mandiri dan berkarakter.Saya berpendapat bahwa ada penekanan pada dimensi internasional dalam tema tersebut. Kerja nyata kita, kemandirian kita, dan karakter kita semua terpusat pada pemahaman bahwa saat ini kita dihadapkan dalam kompetisi global. Persaingan bukan lagi muncul dari tetangga-tetangga di sekitar lingkungan kita saja, sebaliknya justru inilah saat paling tepat bagi kita untuk bahu membahu bersama sesama anak bangsa untuk memenangkan persaingan-persaingan pada aras global, karena lawan tanding kita semakin hari semakin muncul dari seantero penjuru dunia. Sebagai satu kesatuan, mau tak mau kita harus bangkit untuk menjadi bangsa yang kompetitif dalam persaingan pada tingkat global tersebut.Pada aspek-aspek kerja nyata, kemandirian, dan karakter kitalah terletak kunci untuk memenangkannya. Kini bukan saatnya lagi mengedepankan hal-hal sekadar pengembangan wacana yang sifatnya seremonial dan tidak produktif. Kini saatnya bekerja nyata dan mandiri dengan cara-cara baru penuh inisiatif, bukan hanya mempertahankan dan membenarkan cara-cara lama sebagaimana yang telah dipraktikkan selama ini. Hanya karena telah menjadi kebiasaan sehari-hari, bukan berarti sesuatu telah benar dan bermanfaat. Kita harus membiasakan yang benar dan bukan sekadar membenarkan yang biasa.Untuk saudara-saudaraku yang diberi amanat Allah untuk mengemudikan jalannya bahtera pemerintahan, saya mengajak untuk menyelenggarakan proses-proses secara lebih efisien. Mari pangkas segala proses yang pelayanan yang berbelit-belit dan berkepanjangan tanpa alasan yang jelas. Mari bangun proses-proses yang lebih transparan. Mari berikan layanan tepat waktu sesuai jangka waktu yang telah dijanjikan.Proklamator dan presiden pertama RI, Ir Soekarno, pernah menekankan tentang pentingnya membangun karakter bangsa. Menurut Beliau membangun suatu negara, membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan, adalah pertama-tama dan pada tahap utamanya, membangun jiwa bangsa. Tentu saja keahlian adalah perlu, tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar, tidak akan dapat mungkin mencapai tujuannya".Demikian juga tentang pentingnya kerja nyata kita, Bung Karno berpesan bahwa "Amal semua buat kepentingan semua. Keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis kuntul baris buat kepentingan semua."Semoga peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini juga memperbarui semangat Trisakti: berclaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Jika kita konsisten, saya yakin jalan kemandirian ini lnsya Allah akan membawa bangsa ini mengalami kebangkitan yang selanjutnya, yaitu menjadi bangsa yang lebih jaya dan kompetitif dalam kancah internasional.Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air,Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan. Semoga dalam memperingati hari Kebangkitan Nasional ke-108 tahun 2016 ini, kinerja kita semakin baik dan semakin dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Teriring salam, doa penuh harapan kiranya kita semua senantiasa diberikan kemampuan untuk mempertahankan NKRI ini sampai kapan pun, demi kejayaan bangsa Indonesia. Selamat Hari Kebangkitan Nasional ke-108. Indonesia tetap jaya! Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, 20 Mei 2016, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,RUDIANTARADemikian tentang Naskah Pidato Sambutan Menteri Kominfo pada Upacara Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional ke-108 (Harkitnas 2016). Semoga semangat juang para Pahlawan bisa menumbuhkan dan/atau meningkatkan rasa semangat para generasi muda saat ini.
- Download Pedoman Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT RI) ke-71 Tahun 2016_Menteri Sekretaris Negara, Pratikno selaku Ketua Panitia Negara Perayaan Hari-hari Nasional dan Penerimaan Kepala Negara/Pemerintah Asing/Pimpinan Organisasi Internasional, telah membuat surat edaran tertanggal 11 Agustus 2016. Surat bernomor B-707/M.Sesneg/TU.00.04/08/2016 tentang Pedoman Peringatan HUT ke-71 Kemerdekaan RI Tahun 2016 ditujukan kepada Yth. Pimpinan Lembaga Negara, Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Bank Indonesia, Jaksa Agung, Panglima TNI, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pimpinan Lembaga Pemerintah non Kementerian, Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri, Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia, dan Bupati/Walikota di seluruh Indonesia. Adapun isi surat edaran yang sifatnya sangat segera ini adalah seperti di bawah ini. Lihat juga Teks Pidato Mendikbud pada Upacara Peringatan HUT ke-71 Kemerdekaan RI Tahun 2016Pedoman Peringatan HUT RI ke-71 Tahun 2016Dalam rangka Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2016 tanggai 17 Agustus 2016, bersama ini kami sampaikan sebagar berikut:1 Tema dan Logo:Tema Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesra Tahun 2016 adalah Indonesia Kerja Nyata.Tema dan togo dapat diunduh di websile Kementerian Sekretariat Negara (www.setneg.go.id). Cek Link Download Tema dan Logo HUT RI ke-71 Tahun 20162 Pedoman pokok di tingkat pusat adalah:a. Hari Senin, tanggal 15 Agustus 2016Pukul 12.00 WIB, Penganugerahan Tanda Kehormatan Republik Indonesia di Istana NegaraPukul 14.00 WIB, Pengukuhan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Istana Negara, dilanjutkan dengan peninjauan Ruang Bendera Pusaka di Istana Merdekab. Hari Selasa, tanggal 16 Agustus 2016: Pukul 09.00 s.d 10.25 WIB: Pidato Presiden RI Dalam Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2016 di Ruang Nusantara Gedung MPR, DPR, DPD RIPukul 10.40 s.d 12.20 WIB: (silakan baca naskah) Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka HUT Ke-71 Proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 2016 di Depan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI di Ruang Nusantara Gedung MPR, DPR, DPD RI Pukul 14.00 s.d 16.00 WIB: Pidato Presiden RI dalam rangka Penyampaian Pongantar/Keterangan Pemerintah atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2017 beserta Nota Keuangannya pada Rapat Paripurna Pembukaan Masa Sidang I DPR RI Tahun Sidang 2016-2017 di Ruang Nusantara Gedung MPR, DPR, dan DPD RI.Pukul 24.00 WIB: Apel Kehormatan dan Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan Nasional Utarna Kalibata. c. Hari Rabu, tanggal 17 Agustus 2016:Pukul 08.00 WIB. Pertunjukan Marching band, tarian kolosal, kesenian dan prosesi membawa Duplikat Bendera Pusaka dari Monumen Nasional ke Istana MerdekaPukul 10.00 WIB. Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Halaman Istana MerdekaPukul 12.00 WIB. Santap Siang Hari Kemerdekaan di Istana Negara Pukul 15.00 WIB. Pertunjukan Marching band, tarian kolosal, dan kesenianPukul 17.00 WIB. Upacara Penurunan Bendera Sang Merah Putih di Halaman Istana MerdekaPukul 17.30 WIB. Prosesi membawa Duplikat Bendera Pusaka dari Istana ke Monumen NasionalPukul 20.00 WIB. Resepsi Kenegaraan di Istana Negara d. Hari Kamis, tanggal 18 Agustus 2016: Pukul 09.00 WIB.,Silaturahim dengan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), Pasukan Kehormatan Taruna Akademi TNI dan Akademi Polisi, Orkestra Gita Bahana Nusantara serta Para Teladan Nasional. 3. Penyelenggaraan acara hendaknya memperhatikan: a. Pada tanggal 16 Agustus 2016 agar masyarakat mengikuti siaran langsung Pidato Kenegaraan Presiden baik melalui radio maupun televisi. b. Pada tanggal 17 Agustus 2016 agar diselenggarakan Upacara Bendera secara terpusat di Ibukota Provinsi, dan Ibukota Kabupaten/Kota, di samping Upacara Bendera di setiap instansi/kesatuan masing-masing.c. Penyelenggaraan acara memperingati Hari Ulang Tahun ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2016 dilaksanakan dengan berlandaskan pada tema dan logo yang sudah ditentukan, dirayakan secara meriah dan khidmat, serta dengan memperhatikan situasi dan kondisi setempat.4. Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri agar menyesuaikan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, dengan Inspektur Upacara Duta Besar atau Kepala Perwakilan RI.Atas perhatian dan kerja sama yang diberikan, kami sampaikan terima kasih.Silakan Download Pedoman Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-71 Tahun 2016 file PDF. Cek juga Naskah Doa Upacara HUT RI ke-71 Tahun 2016Demikian tentang Pedoman Peringatan HUT RI ke-71 Tahun 2016. Semoga bermanfaat.
Makna dari Kongres Perempuan Indonesia pertama layak menjadi inspirasi bagi perjuangan perempuan masa kini. Melalui PHI ke 92 kali ini, adalah sangat penting menelusuri inspirasi dari semangat perjuangan perempuan masa itu ke perjuangan perempuan Indonesia masa kini dimana masih terjadi pratik-praktik yang diskriminatif terhadap perempuan. Perjalanan perjuangan perempuan Indonesia di 12 area kritis, sebagai implementasi dari Konferensi Tingkat Dunia ke-IV tentang Perempuan bertema Persamaan, Pembangunan, dan Perdamaian yang diselenggarakan di Beijing (Cina) pada tanggal 4-15 September 1995, yang menghasikan Deklarasi Beijing dan Landasan Aksi (BPFA - Beijing Declaration and Platform for Action), dan turut ditandatangani oleh Indonesia, menjadi benang merah perjuangan perempuan Indonesia.
Sementara itu pandemic covid-19 yang melanda Indonesia sejak bulan Maret 2020 hingga saat ini dan negara-negara lain di dunia, memperlihatkan sisi lain perjuangan perempuan di Indonesia dalam menyetop penyebaran covid-19. Mulai dari membimbing keluarga saat berada di rumah, menjadi tulang punggung bagi keluarga hingga menjadi garda terdepan penyembuhan Covid-19 sebagai dokter dan perawat. Tak jarang perempuan memiliki peran ganda sekaligus. Perempuan sebagai ibu harus memastikan anak-anak dan seluruh anggota keluarganya tetap berada di rumah dan membuat suasana nyaman. Perempuan yang bergerak dalam bidang UMKM juga berperan menyediakan kebutuhan selama pandemi. Perempuan juga berperan besar dalam penerapan protokol kesehatan keluarga pada masa pandemi covid 19.
Sejatinya perjuangan perempuan Indonesia belum lah selesai, pencapaian IPG dan IDG masih dirasa masih berjalan lambat, kekerasan masih terus dialami, dan tingkat kesejahteraan lainnya juga masih rendah. Ketimpangan antara perempuan dan laki-laki sangat terlihat dalam hal ekonomi. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui tugas fungsinya, telah diamanatkan oleh Presiden Republik Indonesia melalui 5 (lima) agenda prioritas pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, yakni:
1. Peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan
2. Peningkatan peran Ibu/keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan anak
3. Penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak
4. Penurunan pekerja anak
5. Pencegahan perkawinan anak
Melalui momentum PHI ke 92 ini, diharapkan akan menjadi semakin nyata upaya dan hasil pencapaian ke 5 (lima) agenda prioritas tersebut.