Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi Ibu Karya D. Zawawi ImronIBU(Oleh: D. Zawawi Imron)Kalau aku merantau lalu datang musim kemarauSumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama rerantingHanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalirBila aku merantauSedap kopyor susumu dan ronta kenakalanmuDi hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduanLantaran hutang padamu tak kuasa kubayarIbu adalah gua pertapaankuDan ibulah yang meletakkan aku di siniSaat bunga kembang menyemerbak bau sayangIbu menunjuk ke langit, kemudian ke bumiAku mengangguk meskipun kurang mengertiBila kasihmu ibarat samuderaSempit lautan teduh tempatku mandi, mencuci lumut pada diriTempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauhLokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagikuKalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawanNamamu, ibu, yang kan kusebut paling dahuluLantaran aku tahu engkau ibu dan aku anakmuBila aku berlayar lalu datang angin sakalTuhan yang ibu tunjukkan telah kukenalIbulah itu, bidadari yang berselendang bianglalaSesekali datang padakuMenyuruhku menulis langit biruDengan sajakku

Puisi Ibu Karya D. Zawawi Imron
Puisi Ibu Karya Zawawi Imron

IBU
(Oleh: D. Zawawi Imron)

Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
Hanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalir

Bila aku merantau
Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanmu
Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
Lantaran hutang padamu tak kuasa kubayar

Ibu adalah gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan aku di sini
Saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
Aku mengangguk meskipun kurang mengerti

Bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduh tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran aku tahu engkau ibu dan aku anakmu

Bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

Ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala
Sesekali datang padaku
Menyuruhku menulis langit biru
Dengan sajakku