Teori Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget_Memahami tahap perkembangan berpikir anak pastinya sangat penting bagi para orangtua dalam upaya mendidik dan membesarkan anaknya dengan pola asuh yang tepat. Dengan memahami tahap perkembangan anak, baik orang tua maupun para pendidik akan mampu melatih kemampuan kognitif maupun motorik anak dengan cara yang tepat.Tahap Perkembangan Anak Menurut Piaget Jean Piaget/J. Piaget/Piaget adalah salah satu tokoh psikologi kognitif yang cukup ternama. Latar belakang Jean Piaget adalah pakar biology dari Swiss yang hidup pada tahun 1897 sampai tahun 1980 (Harre dan Lamb, 1988).Menurut teorinya, terdapat 4 tahap perkembangan anak berdasarkan usia dan kemampuan kognitif maupun motoriknya.Teori-teorinya dikembangkan dari hasil pengamatan terhadap tiga orang anak kandungnya sendiri, kebanyakan berdasarkan hasil pengamatan pembicaraannya dengan anak atau antar anak-anak sendiri.Jean Piaget lebih memfokuskan kajiannya dalam aspek perkembangan kognitif anak dan mengelompokkannya dalam empat fase, yaitu:1. Tahap Sensori Motor /Sensorimotorik(Usia 0-2 tahun)Tahap ini juga disebut masa discriminating dan labeling. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak reflex, bahasa awal, dan ruang waktu sekarang saja.Menurut Piaget bahwa pada tahap ini menunjukkan bagaimana perkembangan panca indra sangat berpengaruh terhadap diri anak. Ditandai dengan munculnya keinginan-keinginan untuk memegang dan menyentuh apapun karena dorongan keinginan untuk mengetahi bagaimana rekasi atas perbuatannya tersebut, dalam usia ini anak memiliki senjata terbesar yakni menangis.Piaget menjelaskan bahwa proses penyampaian berita atau cerita pada anak usia ini hendaknya tidak sekedar dengan gambar sebagai alat peraga namun harus menggunakan sesuatu yang bergerak. Misalnya: bercerita dengan media panggung boneka.Piaget menungkapkan adanya 6 sub tahapan yang mampu menandai perkembangan pemahaman dan kemampuan spatial anak yaitu:a. Sub-Tahapan Skema RefleksTahapan ini muncul saat anak lahir hingga usia enam minggu secara refleks.b. Sub-Tahapan Fase Reaksi Sirkular PrimerTahapan ini berawal dari usia anak enam minggu hingga empat bulan dan erat kaitannya dengan timbulnya kebiasaan-kebiasaan.c. Sub-Tahapan Fase Reaksi Sirkular SekunderTahap ini muncul saat usia anak empat hingga sembilan bulan dan erat kaitannya dengan koordinasi antara pemaknaan dan penglihatan.d. Sub-Tahapan Koordinasi Reaksi Sirkular SekunderTahapan ini muncul saat usia anak sembilan hingga dua belas bulan. Pada tahap ini perkembangan anak ditandai dengan kemampuan dalam melihat objek hingga terlihat sebagai sesuatu yang permanen meskipun tampak berbeda jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda (objek permanen).e. Sub-Tahapan Fase Reaksi Sirkular TersierTahap ini terlihat jelas saat anak berusia usia dua belas hingga delapan belas bulan dan erat kaitannya terutama dalam proses penemuan cara-cara baru guna mencapai tujuan.f. Sub-Tahapan Awal Representasi SimbolikTahap ini berkaitan erat dengan tahapan mula-mula munculnya kreatifitas anak.2. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)Pada tahap praoperasional, atau prakonseptual, atau disebut juga dengan masa intuitif, anak mulai mengembangkan kemampuan menerima stimulus secara terbatas. Kemampuan bahasa mulai berkembang, pemikiran masih statis, belum dapat berfikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu dan ruang masih terbatas.Usia ini ditandai dengan anak yang menjadi ‘egosentris’ dimana ia tidak dapat melihat apapun dari sudut pandang orang lain. Piaget menjelaskan bahwa pada tahap ini anak juga cenderung senang meniru orang-orang yang berada di sekitarnya. Walaupun pada usia 6-7 tahun anak-anak sudah mulai memahami tentang motivasi namun mereka belum memahami bagaimana cara berpikir yang sistematis. Dalam proses penyampaian cerita/berita pada anak di tahap pra-operasional juga hendaknya menggunakan alat peraga.3. Tahap Operasional Kongkrit (Usia 7-11 tahun)Tahap ini juga disebut masa performing operation. Pada masa ini, anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi.Piaget juga berpendapat bahwa pada tahap ini anak mulai mampu meninggalkan ‘egisentris’-nya dan mulai bermain secara berkelompok dan senang bekerjasama. Anak juga sudah memahami tentang motivasi dan mampu berpikir secara sistematis. Proses-proses penting terkait tahapan ini ialah:a. PengurutanProses ini ditandai dengan kemampuan anak dalam melakukan pengurutan objek berdasarkab bentuk, ukuran atau ciri lainnya. Misalnya: jika diberi benda dengan ukuran yang berbeda, mereka mampu mengurutkan benda-benda tersebut dari yang paling kecil ke yang paling besar mapun sebaliknya.b. Klasifikasi Klasifikasi merupakan kemampuan anak untuk melakukan identifikasi dan pemberian nama serangkaian benda berdasarkan ukuran, tampilan atau karakteristik lainnya.c. DecenteringPada proses ini anak mulai mampu melakukan pertimbangan beberapa aspek tentang suatu permasalahan agar bisa dipecahkan. Misalnya: anak tidak akan lagi memiliki anggapan bahwa cangkir lebar namun pendek lebih sedikit isinya apabila dibandingkan dengan cangkir kecil yang tinggi.d. ReversibilityDalam proses ini anak mulai mengerti dan memahami bahwa jumlah benda dapat diubah lalu kembali ke kondisi awalnya. Misalnya: anak dengan cepat mampu menentukan 5+5 sama dengan 10, 7-4 sama dengan 3.e. KonservasiPada proses ini anak mulai memahami bahwa panjang, kuantitas maupun jumlah benda-benda tidak berkaitan dengan tampilan atau pengaturan dari benda-benda atau objek tersebut. Misalnya: jika anak diberi cangkir dengan ukuran dan isi yang sama banyaknya mereka akan mengetahui jika air dituangkan ke dalam gelas dengan ukuran berbeda maka air di gelas tersebut akan tetap sama banyaknya dengan isi pada cangkir-cangkir lain.4. Tahap Operasional Formal (Usia 11 - 15 Tahun)Tahap ini juga disebut masa proportional thinking. Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis, mensintesis, mampu berpikir secara abstrak dan secara reflektif, serta mampu memecahkan berbagai masalahPada tahap ini juga, anak masuk usia pra-remaja. Menurut Piaget masa pra-remaja adalah tahap dimana proses pengajaran pada anak menjadi lebih mudah karena mereka sudah memahami akan konsep dan dapat berpikir konkrit maupun abstrak. Namun, kesulitan yang dialami para pendidik ialah bagaimana mendampingi anak-anak di masa remaja yang sarat dengan banyak pergumulan.Demikian tentang 4 Fase Perkembangan Kognitif/Kecerdasan Anak Menurut Jean Piaget. Semoga bermanfaat.
Jean Piaget/J. Piaget/Piaget adalah salah satu tokoh psikologi kognitif yang cukup ternama. Latar belakang Jean Piaget adalah pakar biology dari Swiss yang hidup pada tahun 1897 sampai tahun 1980 (Harre dan Lamb, 1988).
Menurut teorinya, terdapat 4 tahap perkembangan anak berdasarkan usia dan kemampuan kognitif maupun motoriknya.
Teori-teorinya dikembangkan dari hasil pengamatan terhadap tiga orang anak kandungnya sendiri, kebanyakan berdasarkan hasil pengamatan pembicaraannya dengan anak atau antar anak-anak sendiri.
Jean Piaget lebih memfokuskan kajiannya dalam aspek perkembangan kognitif anak dan mengelompokkannya dalam empat fase, yaitu:
1. Tahap Sensori Motor /Sensorimotorik(Usia 0-2 tahun)
Tahap ini juga disebut masa discriminating dan labeling. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak reflex, bahasa awal, dan ruang waktu sekarang saja.
Piaget menjelaskan bahwa proses penyampaian berita atau cerita pada anak usia ini hendaknya tidak sekedar dengan gambar sebagai alat peraga namun harus menggunakan sesuatu yang bergerak. Misalnya: bercerita dengan media panggung boneka.
Piaget menungkapkan adanya 6 sub tahapan yang mampu menandai perkembangan pemahaman dan kemampuan spatial anak yaitu:
a. Sub-Tahapan Skema Refleks
Tahapan ini muncul saat anak lahir hingga usia enam minggu secara refleks.
b. Sub-Tahapan Fase Reaksi Sirkular Primer
Tahapan ini berawal dari usia anak enam minggu hingga empat bulan dan erat kaitannya dengan timbulnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-Tahapan Fase Reaksi Sirkular Sekunder
Tahap ini muncul saat usia anak empat hingga sembilan bulan dan erat kaitannya dengan koordinasi antara pemaknaan dan penglihatan.
d. Sub-Tahapan Koordinasi Reaksi Sirkular Sekunder
Tahapan ini muncul saat usia anak sembilan hingga dua belas bulan. Pada tahap ini perkembangan anak ditandai dengan kemampuan dalam melihat objek hingga terlihat sebagai sesuatu yang permanen meskipun tampak berbeda jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda (objek permanen).
e. Sub-Tahapan Fase Reaksi Sirkular Tersier
Tahap ini terlihat jelas saat anak berusia usia dua belas hingga delapan belas bulan dan erat kaitannya terutama dalam proses penemuan cara-cara baru guna mencapai tujuan.
f. Sub-Tahapan Awal Representasi Simbolik
Baca Juga
- Contoh Pembelajaran Menyenangkan- Pembelajaran Menyenangkan adalah suatu pembelajaran di kelas maupun di luar kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, mengasyikan, menjadikan siswa tertantang untuk lebih mendalami materi pelajaran, menumbuhkan kreatifitas, sehingga siswa lebih semangat dalam belajar dan hasil belajarnya/prestasinya meningkat. Pembelajaran menyenangkan dapat tercipta jika Pendidik menguasai berbagai metode pembelajaran dan meramunya sehingga menjadi metode pembelajaran yang variatif. Contoh Pembelajaran MenyenangkanMetode pembelajaran yang monoton, misalnya selalu mentransfer ilmu kepada siswa dengan metode ceramah menyebabkan rasa bosan pada diri siswa. Jadi Pendidik harus mampu memilih metode yang tepat pada materi tertentu dan tentunya dapat melakukan/menciptakan pembelajaran dengan metode yang variatif.Seperti yang sudah maklum bahwa banyak sekali metode pembelajaran yang dapat dan tepat digunakan oleh para Pendidik dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, metode-metode tersebut antara lain metode :ceramahtanya jawabdiskusi kelompokdemontrasipemberian tugaspraktikkarya wisataBerbagai metode pembelajaran di atas sebagai modal keterampilan mengajar para Pendidik yang harus dikuasai . Untuk mengunakan metode-metode pembelajaran tentu saja membuuhkan media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam mengajar pun harus sesuai dengan materi dan metodenya..Contoh pembelajaran menyenangkan1. Contoh pembelajaran menyenangkan di dalam kelasApapun materi pembelajarannya dan pada jenjang pendidikan manapun, jika Pendidik hanya menggunakan metode ceramah maka siswa/mahasiswa tentunya akan jenuh sehingga materi yang sedang dipelajari tidak dapat terserap dengan baik oleh siswa. Untuk enciptakan suatu pembelajaran menyenangkan di dalam kelas, Pendidik bisa membagi siswa ke dalam beberapa kelompok diskusi. Singkat kata, setelah siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing, hendaknya beri kesempatan kepada mereka untuk :menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas/presentasi memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusimenyimpulkan hasil diskusi bersama semua peserta pembelajaran ( Pendidik dan Siswa )Apakah metode diskusi kelompok yang dilanjutkan dengan kegiatan presentasi dapat diterapkan pada siswa SD ?, tentunya bisa, asalkan Pendidik mampu menciptakannya. Namun misalkan masih terlalu sulit diterapkan pada siswa kelas bawah ( 1-3 ), terapkan lah mulai kelas 4.2. Contoh pembelajaran menyenangkan di luar kelas Pembelajaran MenyenangkanPenggabungan dari berbagai metode pembelajaran dapat juga dilakukan di luar kelas. Artinya metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, demontrasi, diskusi kelompok, dan karya wisata dapat dijadikan satu demi terciptanya pembelajaran menyenangkan. Untuk metode karya wisata di sini pengertiannya tidak sebatas mengunjungi tempat-tempat wisata pada umumnya. Metode karya wisata juga dapat dilaksanakan dengan cara yang sederhana tanpa harus mengeluarkan biaya.Langkah-langkah menciptakan pembelajaran menyenangkan di luar kelas :bangun/buat kesepakatan bersama siswa tentang jadwal belajar di luar kelas. Misalnya dijadwalkan 2 minggu sekalisetiap akan melaksanakan pembelajaran di luar kelas, terlebih dahulu beri penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang kegiatan pembelajaran tersebut. Misalnya mengenai apa tugasnya dan bagaimana langkah-langkahnyalakukan urutan pembelajaran seperti ketika pembelajaran dilakukan di dalam kelas, jadi pelajaran apa pun bisa dilakukan di luar kelas Belajar tidak harus di dalam kelas, belajar di ruang terbuka bisa memberikan suasana belajar baru yang berkesan.Baca juga:Tips Belajar yang Efektif, Efisien, dan MenyenangkanPemanfaatan Alam Takambang sebagai Media Pembelajaran Demikian sekilas tentang Contoh Pembelajaran Menyenangkan. Semoga bermanfaat
- Tips Mudah Membuat Kelas Lebih Hidup dan Menyenangkan Peserta Didik SD/SMP/SMA_Bagaimana cara membuat suasana belajar dikelas menjadi nyaman?_Saya yakin bahwa Bapak/Ibu Guru maupun para pendidik sudah maklum dan memahami bahwa setiap pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik tentu memiliki tujuan agar para siswa bisa memahami dan menerapkan setiap materi yang diajarkan oleh pendidik atau gurunya. Karena setiap siswa memiliki daya tangkap dan semangat belajar yang berbeda-beda, maka setiap pendidik wajib membuat suatu trik atau startegi khusus agar kelas menjadi lebih hidup, lebih menyenangkan, sehingga diharapkan siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar.Cara di bawah ini tampaknya cukup terbukti dalam membuat siswa lebih senang dan terhindar dari titik jenuh saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Nah sebagai referensi bagi Bapak/Ibu para pendidik atau guru, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk lebih menghidupkan kelas tersebut. Apasajakah itu?Tips Membuat Kelas Menjadi Lebih Hidup dan Menyenangkan 1. Gunakan teknologiDi era yang serba canggih ini, tentunya sangat tepat jika kita menyematkan teknologi dalam setiap proses belajar mengajar. Penggunaan teknologi ini terbukti dapat membuat suasana kelas menjadi lebih aktif dan membuat siswa semakin antusias.Salah satu caranya yang bisa dengan mudah diterapkan adalah dengan menggunakan media LCD projektor tiap menyampaikan materi. Penggunaan media ini terbukti lebih menarik jika dibandingkan dengan tampilan papan tulis yang terlihat monoton dan membosankan bagi siswa.Persiapan mengajar dengan memanfaatkan media LCD, sebelumnya Bapak/Ibu melakukan persiapan rangkuman materi dalam bentuk file power point, karena dengan power point pembelajaran siswa akan lebih bisa menangkap materi yang disampaikan.Namun, power point pembelajaran bukanlah satu-satunya cara untuk memuluskan penggunaan LCD sebagai media pembelajaran, karena file format PDF, word, JPG, dan lainnya juga bisa dimanfaatkan untuk ditampilkan via LCD proyektor.2. Selipkan humor ringanPastinya dulu Bapak/Ibu pernah menjadi siswa/pelajar juga bukan? Mari kita coba bayangkan, kira-kira saat menjadi siswa dulu, kita lebih menyukai guru yang terlalu kaku dalam mengajar atau guru yang humoris. Pastinya lebih senang yang humoris kan?, he heNah, untuk itu terapkan juga hal ini pada anak didik Anda. Jangan terlalu serius dalam mengajar, tetapi juga tidak boleh terlalu over atau berlebihan dalam bercanda. Karena tentunya, bercanda hanya sebagai sarana penunjang saja, dan fokus utama seorang pendidik tetap mengajarkan pelajaran sesuai materi yang seharusnya.3. Jangan Terlalu Panjang atau bertele-tele dalam mengajarSebaiknya dalam setiap menyampaikan materi agar tidak terlalu panjang lebar. Karena hal itu justru semakin membuat siswa jenuh dan membenci materi yang Anda ajarkan. Terlebih buat siswa yang memang dari awal tidak suka dengan pelajaran tersebut.Sebaiknya Anda sebagai seorang guru, terlebih dulu memahami materi yang diajarkan dengan sempurna, kemudian pikirkan cara terbaik yang paling mudah dimengerti siswa dalam menyampaikan materi tersebut. Jadi tidak harus monoton dengan cara mengajar yang biasa. Sebaiknya Anda lebih kreatif dalam menyampaikan suatu materi.4. Hindari mengajar dengan hanya Berdiri di Satu Lokasi sajaKadangkala ada guru yang, entah itu apa alasannya, selama pelajaran berlangsung hanya duduk di kursi atau hanya berdiri di dekat tempat duduknya. Nah jika hal itu dilakukan, selain Anda kurang bisa leluasa mengawasi, juga membuat kebanyakan siswa menjadi bosan.Tak ada salahnya jika sesekali Anda menerangkan dari sudut atau pojok lain, atau sambil berjalan berkeliling dari baris bangku depan hingga ke belakang, dan sebagainya. Intinya agar siswa merasa jika Anda dekat atau perhatian dengan mereka. Dan tentunya dengan berjalan-jalan seperti itu, membuat Anda juga lebih sehat, daripada seharian hanya duduk di bangku saja.5. Sebaiknya Jangan Terlalu Fokus dengan MateriSeperti yang sudah disinggung di atas, sebaiknya guru jangan terlalu fokus pada materi yang diajarkan, cobalah sesekali diselingi dengan humor agar siswa tidak tegang.Tidak ada salahnya selain diselingi dengan candaan, Anda membahas suatu topik yang saat itu lagi di gandrungi siswa. Misalnya saat melihat siswa Anda mulai suntuk dengan materi yang di ajarkan cobalah menyinggung tentang acara di TV, atau masalah sepak bola, berita aktual, atau hal lainnya yang kiranya juga sesuai dengan materi yang tengah diajarkan, agar siswa bisa semangat kembali, dan baru setelah Anda melihat siswa antusias, Anda kembali membahas tentang materi. Begitu seterusnya.Demikian tentang beberapa trik atau strategi untuk membuat kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan, yang tentunya tujuan akhirnya agar siswa bisa memahami materi pelajaran yang disampaikan dengan lebih maksimal. Selain di atas tentunya masih banyak lagi, ide-ide cerdas untuk membuat kelas lebih hidup dan menarik, yang bukan hanya membuat siswa semangat dalam belajar, tetapi juga membuat Anda sebagai pendidik semangat dalam mengajar.
- Metode Belajar biasa disebut model pembelajaran atau strategi pembelajaran yang dipahami sebagai sebuah metode atau pendekatan yang dibutuhkan oleh para pendidik/pengajar dalam menyajikan dan menyampaikan materi bagi para peserta didik. Metode belajar berperan agar materi yang disampaikan para pengajar dapat mudah dipahami sehingga tujuan dari kegiatan belajar mengajar dapat tercapai.Sebagai salah satu aspek penentu keberhasilan peserta didik dalam proses belajar, metode belajar dilakukan melalui proses transfer ilmu pengetahuan yang efektif dari pengajar kepada peserta didik.Macam-Macam Metode Belajar Efektif Nah, berikut ini kami sajikan macam-macam metode belajar efektif yang akan membantu para peserta didik agar mudah memahami materi yang sampaikanoleh pendidik.1. Metode Belajar JigsawMetode belajar Jigsaw hampir menyerupai pola atau cara kerja sebuah gergaji. Dipahami sebagai sebuah metode pembelajaran berkelompok, metode belajar Jigsaw mendesain setiap peserta didik untuk dalam sebuah kelompok dan bertanggung jawab untuk menguasai sebuah materi untuk diajarkan kepada anggota kelompoknya hingga seluruh anggota dapat memahami materi tersebut.Metode ini berkembang di Universitas Texas, Amerika Serikat. Perintis metode ini ialah Ellior Arronson seorang ilmuwan pendidikan dari Amerika Serikat. Metode ini terbukti efektif jika diterapkan pada 1 bagian materi yang mempunyai sub bagian dengan pola penyampaian yang tidak berurutan.2. Metode Belajar Role PlayingMetode Belajar Role Playing adalah sebuah strategi pembelajaran dengan memanfaatkan penghayatan siswa dan imajinasi mereka dalam memerankan tokoh berdasarkan skenario yang telah disusun sesuai dengan materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Metode ini sangat efektif digunakan khususnya pada materi pelajaran yang membutuhkan dramatisasi. Dengan metode ini, penyampaian materi akan lebih mudah dimahami para siswa.3. Metode Belajar Talking StickMetode Belajar Talking Stick merupakan sebuah metode yang menggunakan media pembelajaran tongkat. Setiap siswa yang memegang tongkat diwajibkan menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh pengajar. Biasanya para siswa akan diberi kesempatan untuk mempelajari materi terlebih dahulu sebelum memulai metode belajar ini. Metode ini berperan dalam upaya melatih siswa berbicara sehingga semua siswa memiliki ketrampilan berbicara dan mengungkapkan gagasan dengan baik.4. Metode Belajar Cooperative Learning (CL)Metode ini akan mendorong setiap siswa untuk terlibat aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dalam penerapan metode belajar Cooperative Learning (CL), pengajar akan membagi siswa dalam kelompok kecil. Dalam kecil tersebut setiap siswa akan didorong untuk terlibat aktif saling berbagi, membantu dengan saling bertukar pendapat dan belajar bersama untuk bertanggungjawab akan tugas yang diberikan.Bagian terpenting dalam metode belajar ini adalah bagaimana proses kegiatan belajar dalam kelompok kecil tersebut dapat tercipta dengan kondisi dimana setiap siswa saling bekerja sama untuk belajar memahami materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan.5. Metode Belajar Problem Based LearningMetode Belajar Problem Based Learning adalah metode yang menyajikan sebuah kasus atau masalah sebagai pendorong proses belajar. Pada metode belajar jenis ini, siswa akan menghadapi sebuah kasus lalu mereka didorong untuk berupaya menciptakan pola pikir kritis agar mampu menggali dan menyelesaikan masalah dari kasus tersebut. Sistem pembelajaran mahasiswa jurusan kedokteran sering menggunakan metode ini. 6. Metode Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL)Metode Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah metode belajar yang diawali dengan upaya pengajar membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga para siswa menjadi tertarik akan materi yang diajarkan. Metode belajar ini menonjolkan keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan penerapan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari para siswa.Pendidik dapat melakukan tanya jawab ringan tentang ketertarikan materi yang diajarkan dengan penerapan dalam kehidupan para siswa sehari-hari. Cara ini dilakukan agar siswa menjadi tertarik akan materi yang diajarkan sehingga proses belajar yang efektif akan tercapai.
2. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap praoperasional, atau prakonseptual, atau disebut juga dengan masa intuitif, anak mulai mengembangkan kemampuan menerima stimulus secara terbatas. Kemampuan bahasa mulai berkembang, pemikiran masih statis, belum dapat berfikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu dan ruang masih terbatas.
Usia ini ditandai dengan anak yang menjadi ‘egosentris’ dimana ia tidak dapat melihat apapun dari sudut pandang orang lain. Piaget menjelaskan bahwa pada tahap ini anak juga cenderung senang meniru orang-orang yang berada di sekitarnya. Walaupun pada usia 6-7 tahun anak-anak sudah mulai memahami tentang motivasi namun mereka belum memahami bagaimana cara berpikir yang sistematis. Dalam proses penyampaian cerita/berita pada anak di tahap pra-operasional juga hendaknya menggunakan alat peraga.
3. Tahap Operasional Kongkrit (Usia 7-11 tahun)
Tahap ini juga disebut masa performing operation. Pada masa ini, anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi.
Piaget juga berpendapat bahwa pada tahap ini anak mulai mampu meninggalkan ‘egisentris’-nya dan mulai bermain secara berkelompok dan senang bekerjasama. Anak juga sudah memahami tentang motivasi dan mampu berpikir secara sistematis. Proses-proses penting terkait tahapan ini ialah:
a. Pengurutan Proses ini ditandai dengan kemampuan anak dalam melakukan pengurutan objek berdasarkab bentuk, ukuran atau ciri lainnya. Misalnya: jika diberi benda dengan ukuran yang berbeda, mereka mampu mengurutkan benda-benda tersebut dari yang paling kecil ke yang paling besar mapun sebaliknya.
b. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kemampuan anak untuk melakukan identifikasi dan pemberian nama serangkaian benda berdasarkan ukuran, tampilan atau karakteristik lainnya.
c. Decentering
Pada proses ini anak mulai mampu melakukan pertimbangan beberapa aspek tentang suatu permasalahan agar bisa dipecahkan. Misalnya: anak tidak akan lagi memiliki anggapan bahwa cangkir lebar namun pendek lebih sedikit isinya apabila dibandingkan dengan cangkir kecil yang tinggi.
d. Reversibility
Dalam proses ini anak mulai mengerti dan memahami bahwa jumlah benda dapat diubah lalu kembali ke kondisi awalnya. Misalnya: anak dengan cepat mampu menentukan 5+5 sama dengan 10, 7-4 sama dengan 3.
e. Konservasi
Pada proses ini anak mulai memahami bahwa panjang, kuantitas maupun jumlah benda-benda tidak berkaitan dengan tampilan atau pengaturan dari benda-benda atau objek tersebut. Misalnya: jika anak diberi cangkir dengan ukuran dan isi yang sama banyaknya mereka akan mengetahui jika air dituangkan ke dalam gelas dengan ukuran berbeda maka air di gelas tersebut akan tetap sama banyaknya dengan isi pada cangkir-cangkir lain.
4. Tahap Operasional Formal (Usia 11 - 15 Tahun)
Tahap ini juga disebut masa proportional thinking. Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis, mensintesis, mampu berpikir secara abstrak dan secara reflektif, serta mampu memecahkan berbagai masalah
Pada tahap ini juga, anak masuk usia pra-remaja. Menurut Piaget masa pra-remaja adalah tahap dimana proses pengajaran pada anak menjadi lebih mudah karena mereka sudah memahami akan konsep dan dapat berpikir konkrit maupun abstrak. Namun, kesulitan yang dialami para pendidik ialah bagaimana mendampingi anak-anak di masa remaja yang sarat dengan banyak pergumulan.
Demikian tentang 4 Fase Perkembangan Kognitif/Kecerdasan Anak Menurut Jean Piaget. Semoga bermanfaat.