Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Pendek Tentang Persahabatan | JIPALATI Sahabat Sejati

JIPALATI Sahabat Sejati

Oleh: Sittin Rahmatin 

Suatu ketika aku pernah menyandang status STS alias sendiri tanpa sahabat. Sungguh menyakitkan. Nggak punya teman curhat. Kalau keluar main harus menyendiri. Saat pulang pun harus berjalan sendiri. Ada sih yang mau nemani dari kelas yang lain. Namun aku nggak bisa sreg. Nyambung sih nayambug, tapi entahlah, sulit bisa beradaptasi dengan mereka-mereka. Kecuali dengan JIPALATI. Aku sangat nyaman ketika bersama mereka. Entahlah, seakan-akan kami sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi teman. Dan bagiku sulit untuk melupakan mereka.

Kisah persahabatanku itu terjadi saat aku masuk di MTs kelas VII. Aku betemu dengan teman-teman yang baik, sopan, dan perhatian. Aku sangat senang bisa berteman dengan mereka. Lama-kelamaan kami pun berinisiatif untuk membuat nama peresahabatan. Nama persahabatan kami diambil dari nama kami berempat yakni Jihan, Patul, Latifah, dan aku, Titin. Kami singkat,  JIPALATI. Ehm...

Persahabatan kami selalu mengalami pasang surut. Berbagai masalah sering terjadi yang membut kami terkadang terpisah. Namun kami selalu berusaha menyelesaikannya. Sebab, kami tidak ingin terjadi masalah yang berlarut-larut.

Masalah terpelik yang pernah kuarasakan yakni ketika di kelas VIII. saat itu aku terpisah dari mereka. Bahkan sampai-sampai mereka membenciku. Aku pun merasa sedih karena mereka tidak mau lagi menemaniku. Padahal jujur saja aku belum tau pernmsalahannya apa. Mereka semua tiba-tiba saja membenciku.

Tapi, mungkin Tuhan sedang menguji. Sehinggs aku berharap suatu saat nanti mereka mau menerima aku kembali. Aku sedih, dan aku bingung harus berbuat apa. Aku harus mengatakan apa sehingga mereka tidak menganggap aku salah.

Kemudian suatu hari aku bertengkar dengan anak di kelas VIII C. Menurutku anak itu sangat sombong dan sok. Kemudian terakhir kuketahui bahwa gara-gara dialah  aku terpisah dengan teman-teman di  JIPALATI. Semenjak itu aku merasa lega karena telah menemukan akar permasalah yang membuatku terpisah dengan teman-temanku.

lalu aku pun berencana untuk mengungkapkan semuanya pada teman-temanku. Aku menunggu waktu yang pas untuk bertemu dengan mereka. Namun ketika mencoba menemui mereka mengapa kakiku sangat berat untuk melangkah. Ada perasaan malu yang menghinggapiku. Masa sih, aku yang duluan menyapa mereka pikirku. Tapi, lama-lama aku berpikir kalau begini sikapku pasti aku tidak bisa bersatu lagi dengan mereka.

Tekadku satu. Aku harus bertemu mereka. Masalah ini harus selesai. Walau masih ragu, akan  kucoba untuk melangkahkan kakiku.

Ketika itu kami sedang keluar main. Kulihat Jihan, Patul, dan Latihfah sedang duduk-duduk bertiga di dalam kelas. Rupanya mereka membicarakan sesuatu. Aku pun menghampiri mereka dengan perasaan hati yang tidak karuan.

“Ehm, boleh gabung?” Ungkapku terbata-bata.

Diluar dugaanku, mereka tiba-tiba memelukku. Kulihat mata Patul berkaca-kaca. Ada apa ini bisikku dalam hati. Aku pun lama-lama tidak tahan. Air mataku meleleh membasahi pipiku. Aku tak bisa berbicara sepatah kata pun. Kuliahat semua mereka menatapku dengan senyum tulusnya yang dulu.

“Maafkan kami Tin. Ini semua gara-gara salah kami. Kami terlalu cepat mengambil keputusan terhadap sikapmu....”

“Nggak usah gitu Jihan, kalian nggak salah kok...mungkin kita cuma salah faham.”

Air mata ku terus mengalir dipipiku. Bukan karena sedih atau apa. Tetapi aku menangis karena bahagia.

Lalu tiba-tiba pintu terbuka. Kami terkejut. “Het, sedang apa ini?” kata Wali Kelas kami yang kelihatan senyam-senyum. Sontak kami langsung saling melepas pelukan.

 ***

Pesan : Jangan berprasangka buruk terhadap teman jika belum mengetahui maslahnya.