Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rangkuman Materi Seni Budaya Kelas 9 Bab 9 Seni Grafis


Berikut rangkuman lengkap materi Seni Budaya kelas 9 bab 8 yang membahas tentang Seni Grafis. Rangkuman ini disusun dari buku paket BSE edisi K13 revisi terbaru yang diterbitkan oleh Kemdikbud RI.





Sehingga rangkuman materi di halaman ini bersumber dari buku terpercaya yang kredibel. Semoga bermanfaat sebagai bahan belajar kamu di rumah atau di sekolah.






Bab 9 Seni Grafis










Seni grafis merupakan karya seni rupa dwimatra yang dibuat menggunakan teknik cetak, sehingga memungkinkan pelipat gandaan karyanya. Seni grafis juga dinamakan seni mencetak.





Grafis berasal dari bahasa Yunani, graphein yang berarti menulis atau menggambar, dalam Bahasa Inggris, graph atau graphic berarti dapat membuat tulisan, lukisan dengan cara ditoreh atau digores. 





Seni cetak yang dimaksud berupa negatif film yang bisa menciptakan bentuk, gaya, warna, ataupun ragam yang sama. Proses cetaknya yaitu karya seni grafis yang dibuat di atas kertas, menggunakan teknik monotype, dan mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak. 





Seni grafis diciptakan di atas permukaan plat (medium cetak), plat ini berupa papan kayu, logam, lembaran kaca akrilik, lembaran linoleum atau batu litografi. Seni grafis lain yang disebut dengan cetak saring menggunakan lembaran kain berpori (screen-printing) yang direntang pada sebuah kerangka. 





Mencetak merupakan cara memperbanyak gambar dengan alat cetak/acuan/klise. Klise tekniknya dengan menggores atau mencukil pada sekeping papan, logam, atau bahan lainnya seperti plat logam (kuningan atau aluminium). Hasil cetakan menunjukkan kreatifitas dan keterampilan penciptanya. 





Hasil cukilan diolesi tinta dengan alat rol, kemudian dilekatkan pada selembar kertas dan ditekan/press. Tinta dari acuan melekat pada kertas inilah yang disebut dengan cetak grafis. 





Seni grafis berdasarkan teknik pembuatannya ada 4 yaitu : 





1. Cetak tinggi (relief/cukil)





Menggunakan klise/acuan/alat cetak yang akan menghasilkan gambar dari bagian yang menonjol. Apabila alat cetak dioles dengan tinta, bagian yang menonjol itu akan menerima tinta. Jika klise/alat cetak itu ditempelkan pada kertas kemudian diangkat, maka tampaklah gambar pada kertas. Berikut contohnya : 





cetak tinggi




Contoh lain teknik cetak tinggi yaitu stempel. 





2. Cetak dalam (intaglio print)





Menggunakan klise dalam, artinya bagian dalam yang menyerap tinta akan membekas pada kertas. Jenis-jenis cetak dalam yaitu : etsa, mezzo tint, drypoint, dan sebagainya. Cetak dalam dibuat dengan bahan cetakan dari aluminium atau kuningan yang permukaannya ditoreh hingga menghasilkan goresan yang dalam. 





Tinta lalu dituangkan, diratakan atau dirolkan pada bagian yang dalam tersebut. Kertas yang sudah dilembapkan dengan air lalu diletakkan di atasnya. Tinta akan melekat pada kertas dan terbentuklah gambar atau tulisan sesuai yang diharapkan. Alat yang dipakai untuk menoreh dapat berupa pahat grafis, paku, jarum, burin, atau logam runcing.  





3. Cetak datar (Planography Print)





Menggunakan klise datar dengan prinsip saling menolak dan menerima antara tinta dan air, memperbanyak hasil cetakan dengan media permukaan yang datar. Teknik ini ditemukan pada abad ke-16 di Eropa. Klise cetak ini menggunakan batu cadas (limestone) biasa yang disebut lithography





Cetak datar dapat juga menggunakan lempengan logam (seng) untuk meringankan proses kerja. Planografi mempunyai matrix permukaan tetap, hanya mendapat perlakuan khusus pada bagian tertentu untuk menciptakan image/gambar. Planografi meliputi : litografi, monotype, dan teknik digital salah satunya cetak offset. 





4. Cetak saring





Menggunakan layar (screen) dengan kerapatan serat tertentu, dikenal dengan sablon/senigrafi. Sablon banyak digunakan mencetak tulisan/gambar pada permukaan datar, contohnya mencetak tulisan/gambar pada kertas, kaos, kain spanduk, undangan, plastik. Kain screen direntangkan dengan kuat agar menghasilkan hasil cetakan yang datar.





Berikut contoh hasil sablon pada kaos : 





sablon pada kaos




Bahan yang digunakan dalam cetak tinggi yaitu : 





  1. Papan sebagai alas 
  2. Hardboard atau papan MDF 
  3. Tinta atau cat cetak offset 
  4. Kaos, kain, atau kertas 
  5. Cat pengering agar pengeringan lebih cepat (kalau ada)




Bahan yang digunakan dalam cetak tinggi yaitu : 





  1. Pensil  
  2. Gunting  
  3. Pisau cutter
  4. Woodcut
  5. Roler/untuk meratakan warna
  6. Pahat atau pencungkil kayu, digunakan untuk membentuk gambar pada plat/sebagai klise cetak




Berikut contoh alat pahat untuk mencungkil : 









Berikut contoh alat scroll untuk memberi warna : 









Proses membuat teknik cetak tinggi : 





  1. Membuat sketsa pada plat cetak
  2. Memindahkan ke plat meratakan dan ditoreh, bagian tinggi untuk bagian yang rendah
  3. Proses memberi tinta dengan bantuan roler
  4. Menggosok / meratakan dengan alat (sendok)/dipress dengan alat press (mesin press)
  5. Buka pelan-pelan sambil dilihat apakah warna sudah rata
  6. Hasil jadi sebuah karya seni cetak tinggi, berikut gambarnya : 








Proses Membuat Cetak Saring





1. Kerangka screen





Bingkai yang terbuat dari kayu atau aluminium Screen (kain kasa) atau Monyl, merupakan kain berserat yang berfungsi membentuk gambar atau tulisan pada benda yang akan disablon. Berikut contoh screen monyl : 









2. Meja cetak





Sebagai alas/tempat untuk melakukan penyablonan





3. Rakel





Digunakan untuk meratakan tinta di screen. Berikut contoh rakel : 









4. Obat sablon





Emulsi (sensitizer). Berikut contohnya : 









5. Cat dan sari warna sablon.





Berikut contohnya : 









Proses membuat klise (film negative) : 





Bahan yang digunakan harus transparan, agar saat penyinaran (pengeksposan) bagian yang tidak tembus oleh tinta akan terkena sinar secara utuh. Bahan yang digunakan adalah kertas kalkir, film, dan mika film. 





Teknik membuat klise (film negative) : 





1. Langsung pada screen : setelah screen (kain kasa) diberi tulisan atau gambar/corak, area yang diinginkan tidak tembus oleh tinta diberi emulsi yang dicampur dengan sensitizer kemudian dijemur/penyinaran, setelah kering siap digunakan mencetak 





2. Negatif film : menggunakan kertas kalkir (transparan) atau kertas biasa yang sudah digambar kemudian dilumuri dengan minyak goreng/minyak tanah lalu dikeringkan sehingga menjadi transparan 





3. Proses afdruk/pengekposan : memindahkan gambar berupa selembaran kertas yang akan menjadi model/desain ke screen dengan bantuan emulsi sablon. Tahap pembuatan afdruk yaitu Pelapisan (coating), Pengeringan awal, Penyinaran screen ke panas matahari atau lampu neon, Pembuatan klise, dan Pengeringan akhir





4. Proses Mencetak : screen kering yang telah melalui pengekposan gambar siap untuk dicetak. Letakan kertas atau media yang akan dicetak, Tuang warna yang diinginkan dan ratakan dengan rakel. Proses cetak saring selesai. Berikut contoh menyablon cetak saring : 





menyablon cetak saring




Daftar Pustaka : 





Milasari, Heru S., Siti M., dan Jelmanto. 2018. Seni Budaya SMP/MTs IX. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.