Yuk, Ketahui 8 Jenis Majas Dalam Puisi yang Paling Sering Digunakan!!
Siapa nih di antara kamu yang gemar banget menulis puisi? Yap, menulis puisi atau sajak menjadi hal yang kian digandrungi kawula muda Indonesia nih. Ga hanya itu, menulis puisi juga termasuk materi dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Namun, ada satu tips menulis puisi yang ga boleh kamu lewatkan gengs!
Apa tuh? Apalagi kalau bukan majas! So, kali ini penulis akan membagikan beberapa jenis majas dalam puisi yang pastinya berguna untuk memperindah puisi atau sajakmu gengs. Yuk, buruan simak ulasannya di bawah ini ya Kawan!
Daftar Isi
Kenalan Dulu Dengan Majas!

Mungkin sebagian besar dari kamu masih asing dengan kata majas nih. So, apa sih majas itu? Menurut KBBI, majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan cara menyamakannya dengan sesuatu yang lain; kiasan.
Masih bingung gengs? Eits, tenang! So secara sederhana, majas ialah penyusunan kata menggunakan teknik tertentu dengan tujuan memperindah sebuah karya sastra. Perpaduan kata ini engga sembarangan lho!
Ada perpaduan kata yang menghasilkan makna berlebihan dalam suatu kalimat atau frasa. Ada perpaduan kata yang membentuk frasa dengan tujuan menyindir. Bahkan ada juga perpaduan kata yang bersifat pengulangan dan memiliki makna tertentu bagi penulis.
Majas juga sering disebut sebagai gaya bahasa guys. Oh iya, ternyata berbagai jenis majas dalam puisi juga ditemukan di jenis karya sastra yang lain lho. Seperti cerpen (cerita pendek), naskah drama, sampai novel.
Jenis-Jenis Majas Dalam Puisi

1. Hiperbola
Jenis majas dalam puisi yang pertama ialah majas hiperbola. Majas satu ini merupakan gaya bahasa yang paling umum dijumpai di berbagai macam karya sastra termasuk puisi guys.
So, majas hiperbola ini apa sih? Majas hiperbola merupakan ungkapan atau perpaduan kata yang memberikan kesan berlebihan dari arti sebenarnya. Majas ini hadir dengan tujuan untuk memperkuat kesan yang ditimbulkan dalam sebuah puisi guys.
Contohnya:
Aku hidup untuk mencintaimu ribuan tahun lamanya.
Kalimat di atas bukan berarti penulis akan hidup ribuan tahun untuk mencintai. Yah, kita kan manusia ya gengs. Batas umur manusia umumnya hanya mencapai 60-80 tahun saja.
Sehingga, kalimat di atas memiliki gaya bahasa hiperbola. Makna sebenarnya yang ingin penulis ungkapkan ialah penulis akan mencintai hingga selama-lamanya.
2. Metafora
Next, jenis majas dalam puisi yang kedua adalah metafora. Metafora diartikan sebagai penggunaan persamaan atau perbandingan kata untuk melukiskan suatu makna. Aduh, maksudnya apa sih?
Gini gengs, umumnya masyarakat menggunakan kata “kebakaran” untuk mengungkapkan peristiwa terbakarnya suatu objek. Namun, di dalam puisi kata kebakaran ini terkesan terlalu eksplisit (tersurat).
Sehingga, para penyair mengganti kata kebakaran dengan majas metafora “si jago merah”, karena salah satu fungsi majas metafora ialah mengurangi penggunaan kata seperti bak, seumpama, bagaikan, dan lain-lain.
Berikut contohnya,
Semalam, kebakaran melahap sekolahku
(terlalu eksplisit)
Atau
Semalam, si jago merah melahap tempatku menimba ilmu
(penggunaan metafora)
3. Personifikasi
Majas dalam puisi berikutnya ialah personifikasi. Kamu pasti ga sadar kalau majas satu ini sering banget lho kamu temui di berbagai bacaan. Kalimat seperti, “batu yang lapar” atau “nasi yang menangis” pasti ga asing kan bagimu?
Nah, kalimat tersebut termasuk ke dalam majas personifikasi. So, majas personifikasi ialah perpaduan kalimat yang mengumpamakan berbagai sifat atau perilaku manusia ke benda mati.
Contohnya,
Kertas yang berbicara tentang kebahagiaan.
- Materi Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 4 Melestarikan Nilai Kearifan Lokal Melalui Cerita Rakyat
- 7 Tips Menulis Puisi Bagi Pemula! Super Mudah untuk Diikuti!
- Kumpulan Puisi Tentang Ibu Karya KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)1. Puisi Berjudul Ibu Karya Mustofa BisriIbuOleh: KH A Mustofa BisriIbuKaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu sekian lamaKaulah kawah dari mana aku meluncur dengan perkasaKaulah bumi yang tergelar lembut bagiku melepas lelahdan nestapa gunung yang menjaga mimpiku siang dan malammata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagakutelaga tempatku bermain berenang dan menyelamKaulah, ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonkuKaulah, ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalanankumencari jejak sorga di telapak kakimu(Tuhan, aku bersaksiibuku telah melaksanakan amantMumenyampaikan kasihsayangMumaka kasihilah ibuku seperti Kau mengasihi kekasih-kekasihMuAmin).2. Puisi Berjudul "Nazar Ibu di Karbala" Karya Mustofa BisriNazar Ibu di KarbalaOleh: KH A Mustofa Bisripantulan mentarisenja dari kubah keemasanmesjid dan makam sang cucu nabimakin melembutpada genanganairmata ibu tuabergulir-gulirberkilat-kilatseolah dijaga pelupukagar tak jatuhindah warnanyamenghibur bocah berkaki satudalam gendongannyatapi jatuh juga akhirnyamanik-manik bening berkilauanmenitik pecahpada pipi manis kemerahanputeranya"ibu menangis ya, kenapa?"meski kehilangan satu kakibukankah ananda selamat kiniseperti yang ibu pinta?""airmata bahagia, anakkukerna permohonan kita dikabulkankita ziarah kemari hari inimemenuhi nazar ibumu."cahaya lembut masih memantul-mantuldari kedua matanyaketika sang ibu tiba-tiba brentiberdiri tegak di pintu makammenggumamkan salam:"assalamu 'alaika ya sibtha rasulillahsalam bagimu, wahai cucu rasulsalam bagimu, wahai permata zahra."lalu dengan permatanya sendiridalam gendongannyahati-hati maju selangkah-selangkahmenyibak para peziarahyang begitu meriahdisentuhnya dinding makam seperti tak sengajadan pelan-pelan dihadapkannya wajahnya ke kiblatmembisik munajat:"terimakasih, tuhankudalam galau perang yang tak menentuengkau hanya mengujikusebatas ketahanankuengkau hanya mengambil suamigubuk kamidan sebelah kakianakkutak seberapadibanding cobamuterhadap cucu rasulmu iniengkau masih menjagakejernihan pikirandan kebeningan hatituhan,kalau aku boleh meminta gantigantilah suami, gubuk, dan kaki anakkudengan kepasrahan yang utuhdan semangat yang penuhuntuk terus melangkahpada jalan lurusmudan sadarkanlah manusiaagar tak terus menumpahkan darahmereka sendiri sia-siatuhan,inilah nazarkuterimalah."3. Puisi Berjudul "Cinta Ibu" Karya Mustofa BisriCinta IbuOleh: KH A Mustofa BisriSeorang ibu mendekap anaknya yang durhaka saat sekaratairmatanya menetes-netes di wajah yang gelap dan pucatanaknya yang sejak di rahim diharap- harapkan menjadi cahayasetidaknya dalam dirinya dan berkata anakku jangan risaukan dosa-dosamu kepadakusebutlah namaNya, sebutlah namaNya.Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur dan darahterdengar desis mirip upaya sia-sia sebelum semuanya terpaku kaku.Cek juga Kumpulan Puisi Ibu karya Pendatang Baru
Nah, sekarang coba kamu pikir deh gengs, apakah ada kertas yang bisa berbicara? Tentunya ga ada dong. Namun, majas ini hadir untuk memperindah karya sastra itu sendiri gengs.
Selain mengidentifikasi jenis majas dalam sebuah puisi, biasanya kamu juga diminta untuk menginterpretasikan maksud majas tersebut gengs. Kira-kira nih, kamu bisa tebak ga apa sih arti “kertas berbicara” di atas?
4. Simile
Yup, jenis majas dalam puisi kali ini berbanding terbalik dengan majas metafora gengs. Kalau majas metafora menggunakan ungkapan secara tidak langsung dalam mengungkapkan makna, maka simile menggunakan kata-kata secara eksplisit dalam mengungkapkan sebuah makna.
Majas satu ini erat banget dengan kata hubung; bak, laksana, seumpama, dan bagaikan. Umumnya majas simile menggunakan kata yang memiliki persamaan dengan sifat dari objek tertentu.
Misalnya,
Wajahnya muram bak matahari tenggelam
Bagaimana terlihat bukan perbedaannya dengan majas metafora? Biasanya majas simile akan menggunakan berbagai kata pengandaian sebagai kata penghubung antara perbandingan secara eksplisit dengan implisit gengs.
5. Litotes
Jenis majas dalam puisi kali ini termasuk ke dalam jenis majas yang bertujuan untuk menyindir gengs. Yap, litotes menyusun berbagai kata dengan tujuan merendahkan realita sebenarnya.
Misalnya,
Kau tanya tujuanku?
Hanya satu
Membawamu pulang ke dalam gubukku
Nah, sampai sini kamu pasti berpikir kan yang mana nih majas litotesnya? Kata gubuk di atas gengs. Rujukan dari kata gubuk di atas ialah rumah. Namun, untuk memberikan kesan merendah maka penulis menggunakan kata gubuk.
6. Paradoks
Yup, majas paradoks merupakan gaya bahasa yang menggunakan berbagai kata untuk menyatakan pertentangan dalam satu kalimat. Majas ini deket banget dengan majas ironi gengs. Buat kamu yang masih bingung, coba lihat contoh di bawah ini ya!
Misalnya,
Aku kesepian di tengah hiruk pikuk perkotaan
Gimana? Terlihat jelas bukan perbedaannya? Kata kesepian di atas tentu bertentangan dengan frasa hiruk pikuk. Oleh karena itu, kalimat di atas dapat diidentifikasi menggunakan majas paradoks gengs.
7. Ironi
Lanjut, jenis majas dalam puisi kali ini udah penulis singgung di atas. Apalagi kalau bukan majas ironi. Sekilas sih, gaya bahasa ironi dikatakan mirip banget dengan majas paradoks.
Perbedaannya ialah majas paradoks tidak memiliki tujuan untuk menyindir. Sementara kesamaan di antara dua gaya bahasa ini ialah tidak menyatakan pertentangannya secara terang-terangan gengs. Yah, bisa disebut sebagai sindiran halus.
Misalnya,
Selamat atas kerja keras pemerintah,
akhirnya kemiskinan di negara ini melesat naik.
8. Repetisi
Nah, majas dalam puisi yang terakhir ialah repitisi. Yup, mendengar namanya pasti kamu sudah bisa membayangkan bukan gaya bahasa seperti apa yang digunakan? Sesuai namanya, repetisi berarti pengulangan.
Dimana gaya bahasa yang digunakan dalam suatu kalimat akan mengalami pengulangan. Umumnya pengulangan digunakan di awal kalimat atau akhir kalimat guys.
Begini contohnya,
Hari ini aku ada, besok pun aku ada,
lusa bahkan aku ada, seterusnya ada,
dan akan selalu ada untukmu.
Nah, itu tadi beberapa jenis majas dalam puisi guys. Gimana? Apakah kamu sudah paham cara menggunakan majas maupun mengidentifikasi majas di dalam puisi? Kalau udah, coba dong tulis satu kalimat dengan menggunakan majas di atas ya gengs!
Oh iya, tetap semangat belajar ya gengs!